PenyesaIanInaq Lembain pada jaman dahulu kala menjadi latar belakang Cerita Rakyat dari Nusa Tenggara Barat : Batu Golog. Sama seperti Cerita Rakyat Nusa Tenggara Barat: Kisah Sari Bulan maka legenda Batu Golog menjadi latar belakang asal muasal tiga daerah yang ada di Nusa Tenggara Barat.Jika teman-teman berasal dari NTB tentunya tidak asing dengan Desa Gembong, Dasan Batu dan Montong Teker

Cerita rakyat Putri Mandalika sering dikaitkan dengan legenda asal muasal tradisi festival Bau Nyale. Festival tersebut merupakan tradisi unik yang sudah di lakukan secara turun temurun. Ternyata di balik Festival Bau Nyale ada sebuah cerita rakyat yang sangat seru. Apakah kalian penasaran? Ini dia kisah lengkapnya Dahulu kala, ada sebuah kerajaan di Lombok. Raja memiliki seorang putri yang sangat cantik. Namanya adalah Putri Mandalika. Dia sangat cantic sehingga banyak pria muda jatuh cinta padanya. Pangeran dari semua kerajaan ingin menikahinya. Satu demi satu, mereka datang untuk melamarnya. Putri Mandalika adalah gadis yang baik. Dia benci membuat orang sedih. Jadi, ketika para pangeran itu datang untuk melamarnya menjadi istri mereka, dia sangat bingung. Dia tidak bisa memutuskan, dan dia juga tidak ingin membuat mereka sedih. Sang raja kemudian mengadakan kompetisi di pantai Seger Kuta, Lombok. Dia meminta semua pangeran untuk mengambil bagian dalam kompetisi memanah. Aturannya sederhana siapa pun yang menembak sasaran dengan sempurna, ia bisa menjadi suami dari putrinya yang cantik. Satu per satu, semua peserta mencoba yang terbaik. Mereka semua ingin menjadi pemenang. Setelah beberapa kali, tidak ada pemenang. Karena tidak ada seorang pun yang menjadi pemenang, maka mereka mulai berdebat. Mereka mengaku sebagai yang terbaik. Argumen itu semakin panas. Akhirnya, mereka semua berkelahi. Segera, pertempuran menjadi lebih besar. Dan bahkan seperti perang, karena semua pangeran membawa prajurit mereka dalam kompetisi memanah. Putri Mandalika benar-benar khawatir. Dia tidak ingin perang menjadi lebih besar dan melukai banyak orang. Akhirnya, dia punya ide. “Semua orang, dengarkan! Aku tahu kalian semua mencintaiku dan ingin aku menjadi istrimu. Tapi aku tidak bisa menjadi istri kalian. Aku tidak ingin kalian bertarung karena aku. Dan aku tidak ingin kalian bersedih juga. Aku ingin kalian semua memiliki aku, tetapi tidak sebagai istrimu. Aku ingin menjadi seseorang yang semua orang bisa miliki. Aku ingin berguna untukmu. Aku ingin menjadi nyale yang kalian semua bisa nikmati bersama, “kata Putri Mandalika. Raja dan semua orang di pantai tidak mengerti apa yang dia maksud. Raja kemudian mendatanginya. Tetapi sebelum dia mendekati putrinya, Putri Mandalika melompat ke laut. Dia menghilang dalam gelombang besar. cerita rakyat putri Mandalika legenda bau nyale Hal itu membuat kekacauan di pantai. Orang-orang berteriak. Semua pangeran mencoba berenang untuk menemukan sang putri. Tapi tidak ada yang berani melompat di laut, ombaknya terlalu tinggi. Setelah beberapa jam berusaha mencari sang putri, tiba-tiba mereka menemukan banyak cacing laut di pantai. Raja kemudian menyadari bahwa putrinya telah kembali sebagai cacing laut. Belakangan dia menamakan cacing itu sebagai nyale . Sampai sekarang, orang-orang di Lombok selalu berusaha menangkap nyale. Nyale sangat lezat dan itulah sebabnya semakin banyak orang datang ke Lombok untuk menangkapnya. Namun, mereka tidak dapat menangkapnya kapan saja mereka mau. Mereka hanya dapat menemukannya setahun sekali, pada bulan Februari atau Maret. Tradisi menangkap cacing laut disebut Bau Nyale . Tahukah kamu? Bau Nyale … Festival Unik di Lombok. Salah satu festival Lombok yang paling penting dan populer adalah Bau Nyale, yang berarti “menangkap cacing laut” dalam bahasa Sasak setempat. Ini adalah tradisi budaya, berakar dalam pada legenda dan drama lokal, dan unik ke pulau Lombok. Cacing laut adalah varietas langka cacing Palolo Eunice viridis yang ditemukan di perairan tropis di beberapa bagian dunia dan di Lombok, Sumba dan Savu di Indonesia. Setahun sekali, ketika kondisi musiman, laut dan bulan menyatu, Nyale datang ke pantai-pantai tertentu di sekitar Lombok selama beberapa hari, lautan dipenuhi dengan cacing laut yang menggeliat dalam berbagai warna, mulai dari cokelat sederhana atau pucat krim menjadi merah dan hijau. Bau Nyale, atau Festival Nyale, berlangsung setiap tahun di bulan kesepuluh kalender Sasak pada waktu dekat dengan bulan purnama, dan dirayakan tahun ini pada 14 dan 15 Februari di pantai selatan pantai Lombok. Situs paling populer untuk merayakan Bau Nyale adalah di Pantai Seger yang indah di dekat Kuta; sebuah daerah yang disebut Putri Nyale Putri Nyale oleh orang-orang Lombok. Baca juga cerita rakyat dari Nusa Tenggara Barat terpopuler adalah Kumpulan Cerita Rakyat Nusa Tenggara Barat NTB Paling TerkenalKumpulan Cerita Legenda Dari Nusa Tenggara Barat Batu GologDongeng Cerita Rakyat NTB La Golo Legenda Nusa Tenggara BaratCerita Rakyat NTB Nusa Tenggara Barat – Asal Kota AmpenanCerita Rakyat Terkenal Dari Nusa Tenggara BaratCerita Rakyat Nusa Tenggara Barat Kisah Sari Bulan
\n \n \n\n cerita batu golog dalam bahasa sasak
Wajahcantik rupawan tidak menjamin kebahagiaan hidup. Bersama blog The Jombang Taste kali ini Anda kami ajak menyimak salah satu cerita rakyat Lombok mengenai asal-usul Ikan Nyale. Pada jaman dahulu kala di Pulau Lombok terdapat beberapa kerajaan kecil. Kerajaan-kerajaan kecil tersebut konon kebanyakan diperintah oleh raja-raja yang masih muda
Apakah kamu sedang mencari legenda yang berasal dari Nusa Tenggara Barat? Kalau iya, pas banget, nih, karena kamu bisa menemukan salah satunya yang berjudul cerita rakyat Batu Golog di sini. Kalau penasaran seperti apa, langsung cek saja berikut!Membaca legenda atau cerita rakyat nusantara bisa dijadikan sebagai sarana untuk melepas stres. Nah di sini, kamu bisa menemukan salah satu cerita rakyat dari Provinsi Nusa Tenggara Barat yang berjudul Batu hanya menghibur, kisah mengenai orang tua yang kurang bijak dan tidak mau mendengarkan anak ini juga memiliki pesan yang bagus untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Bukan untuk orang tua saja, tetapi juga calon-calon orang tua sepertinya sudah semakin penasaran ingin segera membaca cerita rakyat Batu Golog ini, kan? Daripada kebanyakan basa-basi, mending langsung saja cek selengkapnya di bawah, yuk! Selain ringkasan ceritanya, kamu pun dapat menemukan pesan moral, ulasan singkat, unsur-unsur intrinsik, dan fakta Rakyat Batu Golog Asal Nusa Tenggara Barat Lesung dan Alu Sumber Wikimedia Commons Pada zaman dahulu kala di daerah Padamara, Nusa Tenggara Barat, ada sepasang suami istri bernama Amaq dan Inaq Lembain yang memiliki dua orang anak. Kehidupan mereka bisa dibilang serba kekurangan. Pasangan tersebut menjadi buruh petani lepas untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sehari-hari, mereka mencari pekerjaan ke rumah-rumah penduduk yang sekiranya sedang membutuhkan tenaga tambahan. Bahkan, mereka terkadang harus pergi ke desa tetangga dengan membawa serta kedua anak mereka. Pada suatu hari, Inaq Lembain sudah berjalan cukup jauh untuk mencari pekerjaan. Namun, belum ada satu orang pun yang membutuhkan tenaganya. Hingga kemudian, wanita itu melihat ada beberapa orang yang sedang sibuk menumbuk padi di sebuah rumah. Ia kemudian berjalan ke sana, siapa tahu akan mendapatkan pekerjaan. Ia kemudian pergi ke sana dan menemui si ibu pemilik rumah. Katanya, “Maaf, Bu. Apakah di sini memerlukan tambahan orang? Saya bisa membantu menumbuk padi.” “Sebenarnya, kami tidak membutuhkan tambahan tenaga. Penumbuk padi di sini sudah cukup banyak,” jawabnya. “Tolonglah, Bu. Ibu tidak perlu membayarku dengan uang. Cukup beras saja supaya kedua anakku besok bisa makan.” Mendengar hal tersebut, sang pemilik rumah kemudian merasa iba. Hatinya semakin terketuk saat melihat kedua anak di sebelah Inaq yang masih kecil-kecil. Akhirnya, ia memutuskan untuk membiarkannya bekerja pada hari itu. Baca juga Kisah Putri Tujuh Dumai dan Ulasannya, Asal Usul Penamaan Kota Dumai yang Kaya Minyak Batu Golog yang Bisa Meninggi Sebelum memulai pekerjaannya, Inaq Lembain menyuruh kedua anaknya untuk duduk di sebuah batu yang tak jauh dari tempatnya menumbuk padi. Lalu ia berkata, “Ibu akan bekerja di sana. Kalian duduk di sini saja, ya, jangan mengganggu dulu.” Wanita itu kemudian bekerja dengan sungguh-sungguh. Ia tidak mau mengecewakan ibu pemilik rumah yang telah mempekerjakannya. Namun saat sedang menumbuk padi, beberapa saat kemudian kedua anaknya mulai memanggil-manggilnya. “Ibu… ibu… lihatlah kami!” teriak si bungsu. “Dik diamlah dulu… Jangan ganggu ibu yang sedang bekerja,” ucap si sulung. “Tapi… tapi Kak, batu ini semakin meninggi. Bagaimana kalau kita nanti terbang?” tanya si bungsu dengan polosnya. Si sulung pun tidak bisa menjawab pertanyaan adiknya. Ia hanya bisa menanangkannya dan berharap ibunya akan melihat ke arah mereka. Batu Semakin Meninggi Sumber Twitter – Trans7 “Ibuuuuuu…. batu ini semakin lama semakin tinggi. Kami takut,” teriak kedua anaknya. Mereka semakin panik karena batu yang diduduki menjadi sangat tinggi. Anak-anak Inaq Lembain terus menerus memanggilnya. Sayangnya, teriakan itu tidak digubris oleh sang ibu. Ia berpikir kalau itu hanyalah akal-akalan anak-anaknya saja. Semakin lama, batu tersebut terus tumbuh hingga setinggi pohon kelapa. Kedua anaknya semakin berteriak keras. Namun, ia masih saja tidak mengindahkannya dan merasa kesal. “Sssttt… tolong diamlah. Ibu sedang bekerja,” gertaknya. Ia tetap fokus menumbuk padi dan sama sekali tak melirik ke arah kedua buah hatinya sama sekali. Beberapa waktu kemudian, teriakan kedua anaknya sudah tidak terdengar lagi. Wanita itu berpikir mungkin kedua anaknya kecapekan merengek, lalu tertidur. Baca juga Legenda Putra Lokan Asal Riau dan Ulasannya, Kisah tentang Seorang Pangeran Tampan yang Dibuang Sudah Terlambat Ketika pekerjaannya selesai, Inaq Lembainn berniat untuk menghampiri anak-anaknya. Saat melihat ke arah mereka, ia pun terkejut karena tidak menemukan mereka di sana. Keterkejutannya semakin bertambah saat melihat batu yang ceper tadi menjadi tinggi sekali hingga menyentuh langit. Perasaannya pun menjadi campur aduk antara sedih, takut, bingung, dan menyesal. Seandainya saja tadi menoleh sebentar saja, hal ini pasti tidak akan terjadi. Ia pun menangis tersedu-sedu. Ia lalu memohon kepada Tuhan supaya bisa membawa anaknya kembali. Beruntung sekali, doanya itu dikabulkan. Wanita tersebut mendapatkan sebuah sabuk ajaib yang dapat memotong batu golog dengan sekali tebas. Tak menunggu waktu yang lama lagi, ia segera mengayunkan sabuk tersebut. Setelah itu, batu golog tertebas menjadi tiga bagian. Potongan batu tersebut terlempar sangat jauh ke beberapa tempat. Batu yang pertama jatuh di sebuah tempat yang kemudian diberi nama Desa Gembong. Sementara itu, batu kedua terlempar ke tempat yang diberi nama Dasan Batu. Kemudian, batu yang ketiga tak hanya terlempar jauh, tetapi juga menimbulkan bunyi gemuruh yang sangat keras. Maka dari itu, tempat jatuhnya diberi nama Montong Teker. Sayang sekali, meski sudah melakukan semuanya, ia tetap tidak dapat menemukan kedua anaknya. Hal tersebut membuat ia menangis sejadi-jadinya dan sangat menyesal karena telah mengabaikan kedua buah hatinya. Baca juga Dongeng Mentiko Betuah dari Aceh, Mustika Berharga Berkat Kebaikan Hati beserta Ulasan Menariknya Unsur-Unsur Intrinsik Cerita Rakyat Batu Golog Rumah Sasak Sumber ITB Gimana kisah lengkap legenda Batu Golog yang berasal dari Nusa Tenggawa Barat ini? Seru, kan? Nah selanjutnya, kamu juga bisa menyimak ulasan singkat dari unsur-unsur intrinsik yang membangun ceritanya. 1. Tema Inti cerita atau tema dari cerita rakyat Batu Golog ada tentang orang tua yang sibuk bekerja hingga tanpa sengaja mengabaikan anak-anaknya. Realita seperti ini mungkin sudah sering kamu jumpai di kehidupan nyata. Di satu sisi, kamu mungkin merasa jengkel kepada Inaq Lumbian karena mengabaikan anaknya. Namun di sisi lain, kamu pun paham karena alasannya bekerja keras adalah untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup. 2. Tokoh dan Perwatakan Dalam cerita rakyat Batu Golog di atas, kamu mungkin sudah menemukan beberapa tokoh. Hanya saja, Amaq Lembainn tidak akan dibahas karena ia hanya disebutkan dan tak memiliki peran yang signifikan dalam legenda tersebut. Penjelasan yang pertama dimulai dari Inaq Lembain. Ia adalah sosok seorang ibu yang bertanggung jawab dan begitu menyayangi anaknya. Hanya saja, dirinya mungkin kurang bijak karena mengabaikan anak-anaknya saat sibuk bekerja. Setelah itu, ada ibu pemilik rumah yang baik hati. Ia bersedia menerima Inaq Lembain bekerja di tempatnya meski tidak membutuhkan tenaga tambahan lagi. Dan yang terakhir, ada anak-anak Inaq Lembain. Mereka sebenarnya adalah anak yang pengertian dan tidak rewel saat diajak bekerja. 3. Latar Legenda Batu Golog Secara general, latar tempat yang digunakan dalam cerita rakyat Batu Golog ini adalah di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Tepatnya, berada di daerah Padamara. Sementara itu, latar tempatnya pun sudah disebutkan dalam cerita secara spesifik. Beberapa di antara adalah di rumah keluarga Lembain, desa tetangga, dan langit. Untuk latar suasanya sendiri, di atas sudah dituliskan beberapa. Contohnya adalah sedih, kecewa, marah, dan takut. 4. Alur Untuk alurnya, cerita rakyat Batu Golog ini menggunakan alur maju atau progresif. Kisahnya berawal dari Inaq Lembain yang mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ia kemudian mendapatkan pekerjaan di desa tetangga. Ketika sedang bekerja, ia menyuruh kedua anak yang dibawanya untuk tetap duduk tenang di sebuah batu. Ajaibnya, batu itu bisa tumbuh tinggi. Di akhir cerita, Inaq Lembain mungkin bisa membelah batu golog tersebut menjadi tiga. Sayangnya, ia tetap tidak bisa bertemu dan menyelamatkan anak-anaknya. 5. Pesan Moral Ada beberapa pesan moral yang bisa kamu petik dari cerita rakyat Batu Golog di atas. Salah satunya adalah jika nanti sudah memiliki anak, kamu harus bertanggung jawab penuh atas mereka. Jangan sampai kamu menelantarkan malaikat-malaikat kecil yang kamu bawa ke dunia ini. Selanjutnya, jangan selalu merasa benar hanya kamu adalah orang tua. Terkadang, kamu perlu mendengarkan anak-anakmu juga. Hal itu tentu akan menjadikanmu menjadi orang tua yang lebih bijak. Dan yang terakhir adalah luangkanlah waktumu untuk membangun kedekatan dengan anak. Nantinya, kamu mungkin akan disibukkan dengan pekerjaan. Namun, hal itu bukan berarti kamu bisa bebas mengabaikan anakmu. Walau bagaimanapun, mereka tetap butuh perhatian dan waktumu. Jangan sampai nantinya kamu menyesal seperti apa yang dialami oleh Inaq Lembain. Tak hanya unsur-unsur intrinsiknya, jangan lupakan juga unsur ekstrinsik dari legenda Batu Golog ini. Unsur ekstrinsik ini biasanya berkaitan dengan latar belakang masyarakat, penulis, dan juga nilai-nilai yang telah dipegang teguh selama ini. Baca juga Kisah Suri Ikun dan Dua Burung Beserta Ulasan Menariknya, Dongeng Adik Bungsu yang Dibenci oleh Kakak-Kakaknya Fakta Menarik dari Cerita Rakyat Batu Golog Tadi kamu sudah membaca penjelasan singkat dari unsur-unsur intrinsik yang membangun legenda Batu Golog di atas, kan? Eitss.. tunggu dulu, artikel ini belum selesai karena kamu harus menyimak fakta menarik tentang kisah tersebut yang sayang sekali jika dilewatkan. 1. Memiliki Versi Cerita yang Lain Cerita rakyat Batu Golog dari Nusa Tenggara Barat ini ternyata juga dikenal sebagai legenda Burung Kekuwo dan Burung Kelik. Mengapa demikian? Dalam cerita di atas, kamu membaca kalau Inaq Lembain tidak dapat bertemu dengan anaknya, kan? Nah ternyata, kedua anaknya berubah menjadi burung Kekuwo dan Burung Kelik. Menurut orang-orang, kedua burung tersebut memang tidak bisa mengerami telurnya. Hal itu dikarenakan mereka adalah jelmaan manusia yang dipercaya merupakan anak dari Inaq Lembain. Selain itu, kalau dalam versi ini, Inaq Lembain diberikan sebuah selendang ajaib untuk membelah batu. Berbeda dari kisah di atas yang menggunakan sabuk. Baca juga Cerita Rakyat Putri Siluman dari Lampung dan Ulasannya, Pelajaran tentang Kesetiaan dan Kesabaran Sudah Puas Menyimak Legenda Batu Golog di Atas? Demikianlah ringkasan, penjelasan unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menarik dari cerita rakyat Batu Golog asal Nusa Tenggara Barat. Gimana? Pastinya menarik banget, kan? Semoga saja kamu tidak hanya terhibur, tetapi juga memetik hikmahnya. Akan lebih baik lagi kalau nantinya kamu lakukan terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain legenda di atas, kamu juga bisa membaca kisah nusantara lainnya di PosKata, lho. Beberapa contohnya adalah cerita Suri Ikun dan Dua Burung, legenda Putri Mandalika, dan kisah si Penakluk Rajawali. Untuk kamu yang mungkin mencari dongeng dari Barat atau kisah para nabi, juga bisa menemukannya di sini, lho. Maka dari itu, tunggu apa lagi? Baca terus PosKata, ya! PenulisErrisha RestyErrisha Resty, lebih suka dipanggil pakai nama depan daripada nama tengah. Lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang lebih minat nulis daripada ngajar. Suka nonton drama Korea dan mendengarkan BTSpop 24/7. EditorElsa DewintaElsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations. Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar.

DatuTerune kirim Arya Bawal bekeq Arya Tebuik lalo ngelamar, dengan ancaman hancur kerajaan Beru anden lamaranne tetolaq. Pangeran maliawang mengirim Arya Bumbang dait Arya Tuna kadu ancaman sak pade. Putri Mandalika ndek peduli, bekeq Datu terune lepasan senggeger utusaning Allah, sedang Maliawang tiup senggeger jarring sutra.

22/05/2019Pada suatu masa, di daerah Padamara, dekat Sungai Sawing, Nusa Tenggara Barat, hidup sepasang suami istri yang sangat miskin. Sang istri bernama Inaq Lembain, sedangkan suaminya bernama Amaq Lembain. Setiap hari mereka pergi ke rumah-rumah penduduk yang juga bekerja sebagai petani untuk mencari pekerjaan. Bahkan suami istri tersebut harus pergi dari satu desa ke desa lainnya sambil membawa kedua anak mereka. Ketika mereka tiba di sebuah rumah penduduk yang tampak sibuk menumbuk padi, Inaq Lembain menghampirinya. “Maaf Bu, adakah pekerjaan untuk saya? Saya bisa membantu ibu menumbuk padi,” tanya Inaq Lembain. “Sebenarnya kami tidak memerlukan tenaga tambahan,” ucap ibu pemilik rumah. “Tolonglah saya. Berilah saya pekerjaan agar anak saya bisa makan hari ini,” ucap Inaq Lembain memelas. Karena iba melihat Inaq Lembain, ibu pemilik padi itu memberinya pekerjaan. Inaq Lembain disuruhnya membantu menumbuk padi. Ketika menumbuk padi, kedua anak Inaq Lembain diletakkan di sebuah batu ceper yang tidak jauh dari tempatnya menumbuk padi. Batu itu bernama batu golog. “Tunggu di sini, Nak. Ibu akan bekerja. Kalian jangan nakal ya,” pesan Inaq Lembain kepada kedua anaknya. Kemudian, Inaq Lembain bekerja menumbuk padi. Tidak berapa lama, kedua anak Inaq Lembain berteriak-teriak memanggilnya. “Ibu…ibu…!” teriak kedua anak Inaq Lembain. Ternyata keanehan terjadi pada batu yang diduduki oleh kedua anak Inaq Lembain. Batu itu bergerak naik dan makin tinggi. “Tunggulah kalian di situ sebentar! Ibu sedang bekerja,” ucap Inaq Lembain tanpa menggubris teriakan kedua anaknya. Kedua anak itu pun kembali berteriak, ”Ibu…, batu ini semakin lama semakin tinggi,” teriak anaknya. Karena dipikirnya sang anak sedang bercanda saja atau merengek meminta sesuatu, Inaq Lembain tidak menanggapinya. Batu itu pun semakin lama semakin tinggi tanpa disadarinya. Tingginya sudah melebihi pohon kelapa, sang anak pun berteriak-teriak semakin keras. “Ibu…ibu…tolong!” teriak anaknya sekali lagi. “Tunggu, ibu sedang bekerja,” ucap Inaq Lembain. Akhirnya, teriakan anak-anaknya terdengar makin sayup. Inaq Lembain tetap tidak menggubris teriakan anaknya. Karena semakin lama, suara mereka makin tak terdengar, ia berpikir bahwa sang anak tentulah sudah lelap tertidur. Ia sama sekali tak menyadari kalau batu golog yang semakin tinggi itu kini telah sampai menembus awan. Ketika ia melihat ke arah anaknya ditinggalkan tadi, ia tak menemukan mereka lagi. Betapa terkejutnya ia ketika menyadari bahwa anak-anaknya telah terbawa batu golog di ketinggian hingga hampir tak terlihat lagi. Inaq Lembain sangat bingung untuk menyelamatkan kedua anaknya. Ia menangis dan memohon kepada Dewata untuk bisa mengambil anaknya yang dibawa naik batu golog hingga sampai ke atas awan. Doa Inaq Lembain pun terkabul. Ia diberi kekuatan gaib oleh Dewata. Dengan sabuknya ia bisa memenggal batu golog dengan hanya sekali tebasan saja. Batu golog itu terpenggal menjadi tiga bagian. Bagian-bagian batu golog yang terpenggal itu terlempar sangat jauh. Bagian pertama jatuh di suatu tempat yang menyebabkan tanah bergetar. Tempat jatuhnya batu itu menjadi sebuah desa yang kemudian berubah nama menjadi sebuah desa yang kemudian diberi nama Desa Gembong. Bagian kedua batu golog jatuh di suatu tempat yang kemudian tempat itu diberi nama Dasan Batu. Nama ini diberikan karena ada seseorang yang melihat batu tersebut jatuh. Sedangkan, bagian ketiga batu golog jatuh di suatu tempat yang kemudian diberi nama Montong Teker. Nama ini diberikan karena bagian terakhir dari batu golog yang terjatuh ini menimbulkan suara gemuruh. Meskipun batu golog sudah terpecah menjadi tiga bagian, Inaq Lembain tetap tidak bisa mendapatkan anaknya lagi. Anak-anaknya tidak jatuh ke bumi, tapi berubah menjadi dua ekor burung. Sang kakak telah berubah menjadi burung Kekuwo, sedangkan sang adik telah berubah menjadi burung Kelik. Karena kedua burung tersebut berasal dari manusia, maka keduanya tidak bisa mengerami telurnya sendiri. Inaq Lembain begitu menyesal karena terlalu sibuk bekerja dan tidak memperhatikan teriakan anak-anaknya. Pesan moral Setiap orang tua hendaknya merawat, mendidik dan menyayangi anak-anaknya dengan sebaik-baiknya. Kesibukan bekerja bukanlah suatu alasan untuk mengabaikan anak-anak yang menjadi tanggungjawabnya. Masa depan anak-anak tergantung peran orang tua membimbing mereka. Penyesalan selalu datang kemudian, pada orang tua yang lebih mengutamakan pekerjaan dibanding kepentingan keluarganya.
Amanatcerita legenda batu golog dari Provinsi Nusa Tenggara Barat ini adalah setiap orang tua hendaknya merawat dan menyayangi anaknya dengan sebaik-baiknya. Kesibukan bekerja bukanlah alasan yang tepat untuk mengabaikan mendidik anaknya sendiri. Bagaimanapun, masa depan anak-anak tergantung dari kasih sayang orang tua sejak kecil.
Ini adalah salah satu cerita rakyat Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu legenda “Batu Golog” yang dikisahkan secara turun temurun. Sering pula dilantunkan sebagai sebuah dongeng untuk pengantar tidur anak-anak. Alkisah, dahulu pada suatu masa hiduplah sebuah keluarga miskin di daerah Padamara dekat Sungai Sawing. Walau hidup miskin, tapi mereka tetap bekerja tanpa kenal lelah. Keluarga ini terdiri atas suami yang bernama Amaq Lembain dan sang istri bernama Inaq Lembain. Mereka memiliki 2 orang anak. Mata pencaharian mereka adalah buruh tani. Karena hanya buruh tani, maka etiap hari mereka berjalan kedesa desa menawarkan tenaganya untuk menumbuk padi. Kalau Inaq Lembain menumbuk padi maka kedua anaknya juga pergi ikut. Pada suatu hari, sang ibu sedang asyik menumbuk padi. Kemudian kedua anaknya diletakkan diatas sebuah batu ceper didekat tempat ia bekerja. Sang anak hanya melihat dengan penuh kesabaran. Tiba-tiba ada hal yang aneh terjadi, waktu Inaq mulai menumbuk, batu tempat kedua anaknya duduk tadi makin lama makin tinggi karena naik. Karena merasa posisinya terus tinggi dan naik, maka anaknya yang sulung mulai memanggil ibunya “Ibu batu ini makin tinggi.” Tapi sayang, Inaq Lembain terus saja sibuk bekerja. Lalu sang ibu menjawab “Anakku tunggulah sebentar, Ibu baru saja menumbuk” Hal tersebut terjadi berulang kali. Batu ceper tempat duduk anaknya itu makin lama makin meninggi hingga melebihi pohon kelapa. Melihat kondisi yang sangat aneh dan posisi yang makin tinggi, lalu kedua anak itu kemudian menjadi takut dan berteriak dengan sekeras-kerasnya. Tapi sayang, Inaq Lembain masih tetap sibuk menumbuk dan menampi beras. Suara anak-anak itu makin lama makin sayup. Akhirnya suara itu sudah tidak terdengar lagi. Kemudian Batu Goloq itu makin lama makin tinggi. Hingga membawa kedua anak itu mencapai awan. Akhirnya kedua anak menangis sekeras-kerasnya. Baru saat itu Inaq Lembain tersadar, bahwa kedua anaknya sudah tidak ada. Mereka dibawa naik oleh Batu Goloq. Akhirnya Inaq Lembaian merasa menyesal, dia pun menangis tersedu-sedu. Ia kemudian berdoa agar dapat mengambil anaknya. Dia berdoa dengan penuh harap. Kemudian doa si ibu dijawab. Dia lalu diberi kekuatan gaib. Inaq Lembaian mendapat petunjuk bahwa dia harus menggunakan sabuknya. Dia pun kemudian mengikuti perintah tersebut, akhirnya dia mengambil sabuknya dan mulai menebas Batu Goloq tadi. Kemudian, ada hal aneh terjadi, sesaat setelah Inaq Lembaian menebaskan sabuknya pada batu Golog, lalu batu tersebut terpenggal menjadi tiga bagian. Lalu bagian pertama jatuh di suatu tempat yang kemudian diberi nama Desa Gembong oleh karena menyebabkan tanah di sana bergetar. Sementara itu bagian ke dua jatuh di tempat yang diberi nama Dasan Batu oleh karena ada orang yang menyaksikan jatuhnya penggalan batu ini. Sedangkan potongan ketiga atau terakhir jatuh di suatu tempat yang menimbulkan suara gemuruh. Sehingga tempat itu diberi nama Montong Teker. Ada hal ajaib lain yang terjadi. Kedua orang anak Inaq Lembaian ternyata tidak jatuh ke bumi. Tapi mereka telah berubah menjadi dua ekor burung. Anak sulung berubah menjadi burung Kekuwo. Sedangkan anak kedua atau adiknya kemudian berubah menjadi burung Kelik. Kedua burung ini lalu terbang dengan mengepakkan sayapnya. Mereka pergi kesana kemari. Mereka sekarang hidup sebagai burung, bukan manusia lagi. Tapi ada satu hal yang berbeda dibandingkan dengan burung pada umumnya, ternyata kedua burung tersebut tidak bisa mengerami telurnya, karena kedua burung ini berasal dari manusia. Originally posted 2013-11-22 130527. Republished by Blog Post Promoter
Artikelini menjawab dua permasalahan, yakni (1) perbandingan antara cerita rakyat Sasak dan Samawa dan (2) konsep berpikir masyarakat Sasak dan Samawa berdasarkan perbandingan cerita rakyatnya. Cerita rakyat yang dijadikan data analisis adalah tiga pasang cerita yang memiliki kemiripan, yakni (1) Batu Goloq (Sasak) dan Batu
PenyesaIan Inaq Lembain pada jaman dahulu kala menjadi latar belakang Cerita Rakyat dari Nusa Tenggara Barat Batu Golog. Sama seperti Cerita Rakyat Nusa Tenggara Barat Kisah Sari Bulan maka legenda Batu Golog menjadi latar belakang asal muasal tiga daerah yang ada di Nusa Tenggara Barat. Jika teman-teman berasal dari NTB tentunya tidak asing dengan Desa Gembong, Dasan Batu dan Montong Teker, Legenda Batu Dolog menjadi dasar penamaan ketiga daerah tersebut. Yuk sama-sama kita ikuti kisah rakyat Nusa Tenggara Barat ini sampai selesai. Amaq Lembain dan Inaq Lembain adalah sepasang suami-istri yang sangat miskin. Mereka dikaruniai dua anak yang masih kecil. Keluarga itu tinggal di Padamara, Nusa Tenggara Barat. Mereka tak punya sawah untuk digarap, tak ada kebun untuk ditanami, juga tak memiliki hewan ternak. Saking miskinnya, terkadang mereka tidak makan seharian. Setiap hari pasangan itu berjalan kaki berkeliling desa, mencari orang yang membutuhkan bantuan mereka. Cerita Rakyat dari Nusa Tenggara Barat Suatu hari, seperti biasa Amaq Lembain dan Inaq Lembain pergi mencari pekerjaan beserta kedua anaknya. Setelah seharian berkeliling, akhirnya Amaq Lembain mendapatkan pekerjaan. Ia diminta membetulkan pintu rumah yang rusak. Tinggallah Inaq Lembain yang terus mencari pekerjaan. Sambil menggandeng kedua anaknya, ia mendatangi tiap rumah. “Permisi Bu, apakah ada yang bisa saga bantu?” tanya Inaq Lembain pada seorang wanita yang sedang menampi beras. Di rumah ibu itu, tampak beberapa wanita sedang menumbuk padi. Ibu itu memandang sekilas pada Inaq Lembain, “Aku tidak membutuhkan bantuanmu. Sudah banyak yang membantuku,” jawabnya. “Tolonglah Bu, kedua anak saya butuh makan. Ibu tak perlu membayar dengan uang, cukup dengan beras saja. Asal anak saya bisa makan, saya sudah senang,” kata Inaq Lembain memohon. Ibu itu merasa iba. Ia akhirnya memberi Inaq Lembain pekerjaan, yaitu menumbuk padi. Inaq Lembain berpesan pada kedua anaknya, “Jangan ganggu Ibu ya. Ibu harus bekerja. Kalian duduk saja di sini.” Anak-anaknya ia dudukkan di atas batu ceper, tak jauh dari tempatnya. Batu ceper itu biasa disebut batu golog. Inaq Lembain mulai bekerja. Ia bekerja dengan sungguh-sungguh, ia tak ingin mengecewakan ibu yang telah memberinya pekerjaan tersebut. Saat sedang sibuk menumbuk padi, terdengar suara kedua anaknya, “Ibu… Ibu… Iihatlah kami,” panggil mereka. Kedua anak itu memanggil ibunya karena merasa ada keanehan pada batu yang mereka duduki. Batu itu bergerak naik, semakin lama semakin tinggi. “Sssttt… diamlah, jangan ganggu Ibu!”sahut Inaq Lembain sambil terus menumbuk. Ia tak menoleh sedikit pun pada anak-anaknya. Batu itu bergerak semakin tinggi. Kedua anak itu sangat panik dan ketakutan. Mereka serentak berteriak lagi, “Ibu… Ibu… batu ini bergerak naik. Kami takut Bu….” Inaq Lembain tetap tak peduli. Ia pikir anak-anaknya hanya mencari perhatiannga saja. Ia terus melanjutkan pekerjaannya. Cerita Rakyat dari Nusa Tenggara Barat Batu Golog “Ibu… Ibu… tolong… kami ada di atas Bu,” teriak anak-anak itu lagi. Kedua anak itu terus berteriak-teriak, namun Inaq Lembain tetap tak peduli. Lama-kelamaan, suara anak-anaknya itu semakin pelan dan menjauh. Inaq Lembain tak lagi mendengar teriakan anak-anaknya. “Baguslah, mereka pasti kecapekan. Tidurlah yang nyenyak ta, Nak. Ibu harus mengelesaikan pekerjaan ini,” gumamnya dalam hati. Inaq Lembain tak mengadari, batu golog telah membawa kedua anaknya ke atas, nyaris menyentuh awan. Setelah Inaq Lembain menyelesaikan pekerjaannya, ia lalu mencari anak- anaknya. Alangkah paniknya ia ketika melihat batu yang diduduki kedua anaknya sudah menjulang ke langit. Ujung batu itu sudah tak tampak, bahkan anak-anaknya pun tak kelihatan lagi. Inaq Lembain menangis kebingungan. Ia memohon pada Tuhan untuk menyelamatkan anak-anaknya. Dengan bantuan Tuhan, selendang yang dikenakan Inaq, Lembain mampu memenggal batu golog itu. Dengan sekali tebas, batu golog itu pecah menjadi tiga. Namun sayang, meski batu itu sudah pecah, kedua anak Inaq Lembain telah berubah menjadi dua ekor burung. Si sulung berubah menjadi burung kekuwo, sedangkan si bungsu berubah menjadi burung kelik. Inaq Lembain sangat menyesal, kini kedua anaknya berubah menjadi burung. Meski demikian, ia membawa pulang kedua burung itu dan merawatnya. Konon kabarnya, ketiga bagian batu golog yang terbelah itu terlempar ke tiga daerah. Lemparan batu golog yang pertama menyebabkan getaran yang sangat dahsyat di Desa Gembong. Bagian kedua batu golog itu terlempar dan jatuh di Dasan Batu. Nama ini diberikan karena ada orang yang menyaksikan saat batu itu jatuh. Batu yang terakhir, terlempar ke daerah yang kemudian dinamakan Montong Teker. Nama ini diberikan karena bagian terakhir batu golog ini menimbulkan suara gemuruh saat mendarat. Pesan moral dari Cerita Rakyat dari Nusa Tenggara Barat Batu Golog untukmu adalah Janganlah menunda-nunda suatu pekerjaan. Jika ada orang yang meminta pertolongan, segeralah menolongnya sebelum terlambat.

StoryTelling Cerita "CINDERELLA" dalam Bahasa Inggris Dan Artinya; Nama Bulan Dalam Bahasa Inggris Dan Contoh Penggunaannya; 61 Nama Buah-Buahan Dalam Bahasa Inggris Lengkap Dan Artinya; Pengertian Generic Structure Dan Contoh Procedure Text

Uploaded byMey CUaeemzz 0% found this document useful 0 votes468 views9 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes468 views9 pagesBatu GologUploaded byMey CUaeemzz Full descriptionJump to Page You are on page 1of 9Search inside document You're Reading a Free Preview Pages 5 to 8 are not shown in this preview. Buy the Full Version Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
  • Аթα снօдрበзխ սиլоци
    • Ηθ նይπэթ λоሥէхрቮтв խρምцуд
    • Оմጵվуዊኙፀоዥ жетеቇипсեп обр
  • Шሢկենо п
BatuGolog, Cerita Rakyat Padamara Lombok Timur NTB Praya, Lombok Tengah) menuliskan dalam bahasa sasak tulisan Arab Melayu. Wali Nyatoq datang dari arah barat dan menamakan dirinya Raden Datang. Kisah Raden Datang seringkali dikaitkan dengan cerita Mamiq Butuh dan Inaq Butuh alias Amaq Bangkol dan Inaq Bangkol. Menyadari batu golog Mungkin sampai saat ini tidak mengetahui seperti apa cerita legenda Batu Golog dari NTB. Padahal sebenarnya ini merupakan salah satu cerita yang cukup menarik untuk tersebut merupakan kisah yang sudah banyak diceritakan oleh penduduk setempat di wilayah NTB. Bagi yang tertarik untuk mengetahui lebih dalam seperti apa kisah yang dimaksudkan, maka ikuti informasi yang ada di bawah rakyat ini bermula dari suatu daerah di sekitar NTB atau Nusa Tenggara Barat. Tepatnya ada di Padamara, Lombok Timur yang lokasinya tidak terlalu jauh dari Sungai sinilah cerita legenda ini muncul dan berawal. Dari keluarga miskin yang bekerja sebagai penumbuk padi di wilayah Tentang Amaq Lembain dan Inaq ini sebenarnya berkisah tentang keluarga miskin seorang laki-laki bernama Amaq Lembain dan istrinya yang bernama Inaq Lembain. Mereka berdua ini merupakan buruh tani yang miskin sehingga setiap hari bekerja untuk menumbuk padi dari satu tempat ke tempat yang bekerja menumbuk padi, biasanya kedua anak mereka ikut menyertai dan menunggu hingga selesai. Hingga di suatu waktu saat Inaq Lembain bekerja, dia menemukan batu ceper dan kemudian menempatkan kedua anaknya di atas batu saat Inaq mulai bekerja menumbuk padi, ternyata tiba-tiba batu ceper itu tadi mulai terangkat di atas. Merasakan hal ini maka kedua anaknya mengatakan bahwa batu tersebut pelan-pelan bergerak ke tetapi suara sang anak tidak dihiraukan dan sang ibu terus saja bekerja hingga berlarut-larut. Batu tersebut makin tinggi dan suara sang anak mulai menghilang, namun sang ibu tetap tidak memperhatikan hal ini dan terus bekerja menumbuk padi. Baca Juga Indahnya Pasir Merica Pantai Tanjung Aan di Lombok Tengah 2. Doa Sang IbuIlustrasi suku Sasak di Lombok sang anak menghilang dan barulah sang ibu tersadar bahwa kedua anaknya sudah jauh di atas langit. Hal ini membuat sang ibu menangis dan berdoa meminta supaya anaknya dapat ditemukan dan kembali kepada dirinya dengan sangat ibu memohon pada Sang Maha Kuasa hingga akhirnya doanya terkabul dan mendapatkan sabuk ajaib untuk membelah batu golog menjadi tiga bagian. Bagian pertama jatuh dan menjadi Desa Gembong, bagian kedua menjadi Dasan Batu, dan desa ketiga menjadi wilayah Montong akhirnya sang anak dapat ditemukan namun keduanya telah berubah menjadi dua ekor burung. Pertama menjadi burung Kekuwo dan yang kedua menjadi burung burung tersebut tidak dapat bertelur karena merupakan burung yang berasal dari manusia. Hingga saat ini hal tersebut masih dipercaya oleh mayoritas penduduk di daerah seputar area Pesan moralxervantex/codigo-de-conducta-para-las-ico Adapun cerita ini sebenarnya memberikan pesan yang bagus untuk para orang tua dalam bekerja. Sebenarnya melalui kisah tersebut seakan mengingatkan bahwa bekerja merupakan hal yang baik namun jangan sampai lalai menjaga jika lalai maka bisa jadi pekerjaan yang telah dilakukan menjadi sia-sia dan justru tidak memberikan manfaat seperti yang diinginkan. Maka itu bagilah perhatian antara pekerjaan dan keluarga seperti pada kisah tentang cerita legenda Batu Golog dari NTB. Sebagai kisah yang berasal dari masyarakat setempat secara turun termurun, tentunya cerita ini tidak hanya menarik dibaca saja, namun sebaiknya juga dilestarikan. Baca Juga Berlibur ke Pantai Pandanan di Lombok Utara cz90T.
  • 35cyvy9jn0.pages.dev/292
  • 35cyvy9jn0.pages.dev/220
  • 35cyvy9jn0.pages.dev/377
  • 35cyvy9jn0.pages.dev/292
  • 35cyvy9jn0.pages.dev/321
  • 35cyvy9jn0.pages.dev/232
  • 35cyvy9jn0.pages.dev/294
  • 35cyvy9jn0.pages.dev/204
  • 35cyvy9jn0.pages.dev/272
  • cerita batu golog dalam bahasa sasak